Hampir dua bulan ini aku merasa sangat emosional. Penyebab utamanya adalah perkara sekolahnya Haya. Setelah survey berbagai sekolah PAUD/TK, akhirnya aku memutuskan untuk tidak memasukkan Haya ke sekolah PAUD. Kenapa? Karena biar nggak bayar uang pangkal dua kali Bun. Kalau pas PAUD bayar uang pangkal, terus ntar pas TK bayar lagi kan aku menangis huhu.
Sebagai gantinya, aku memasukkan Haya ke kelas preparatory di Mighty Roo. Mighty Roo ini satu yayasan dengan My Little Island (sekolah impianku, semoga anak-anakku bisa sekolah di sana minimal sampai SD, haha maksa). Di Mighty Roo ada tiga macam kelas yaitu Baby Class, Toddler Class dan Preparatory Class. Nah untuk preparatory class, seminggu masuk dua kali, harinya tergantung ketersediaan jadwal di sana. Satu kali pertemuan hanya satu jam (cepet banget Bun, ditinggal belanja sebentar udah kelar haha). Biaya pendaftarannya 1.7 juta udah mendapat satu seragam, sedangkan monthly fee-nya 400 ribu.
Saat mendaftar, admin di sana mengatakan bahwa setelah mengikuti kelas preparatory ini nanti Haya bisa masuk ke TKA saat usianya empat tahun. Soalnya memang preparatory class di Mighty Roo ini hanya sampai usia empat tahun. Sedangkan aku sendiri sepertinya lebih condong menyekolahkan Haya di sekolah dasar saat Haya berumur tujuh tahun sehingga kayaknya TKnya nanti aja kalau Haya sudah umur lima tahun.
Terus nanti setelah Haya lulus dari Mighty Roo pas usia empat tahun gimana? Rencananya aku mau nyari sekolah atau kursus bahasa Inggris buat anak yang seminggu dua kali gitu aja Bun. Intinya sih biar Haya nggak lepas dari iklim sekolah gitu loh. Soalnya apa? Masukin sekolah untuk pertama kali inilah yang bikin aku stress dua bulan ini.
Perjalanan Sekolah Haya
Jauh sebelum aku survey sekolah PAUD/TK, aku merasa bahwa Haya membutuhkan interaksi dengan teman sebaya. Sedangkan di rumah, aku belum membolehan Haya main di luar sama tetangga. Alasannya ya karena anak-anak di komplek pada nggak pake masker gitu loh Bun. Ditambah lagi beberapa warga komplek kemarin-kemarin ada yang terkena Covid-19. Jadi semakin parno sih aku jujur aja. Karena itulah aku berinisiatif untuk memasukkan Haya ke sekolah dengan asumsi anak-anak sekolah selalu memakai masker dan menjaga protokol kesehatan.
Di tengah proses memantapkan diri untuk masukin Haya sekolah, aku nanya dong ke dia, "Haya mau sekolah nggak? Nanti di sekolah Haya punya banyak teman, terus mainannya banyak."
Bisa ditebak ya jelas Haya bilang maoooo kalau iming-imingnya mainan haha. Sejak saat itu Haya selalu bilang kalau dia ingin sekolah. Nggak cuma sekali dua kali dia ngomongnya Bun, tiap hari dia bilang pengen sekolah. Dalam sehari bahkan beberapa kali dia ngomongnya.
Bhaiq, karena aku udah nemu kelas yang oke yaitu preparatory class di Mighty Roo, akhirnya aku mengajak Haya trial di sana. Meskipun cuma trial, ffiuuhh deg-degan juga Bun.
Trial Class di Mighty Roo
Jadwal trial class Haya waktu itu adalah tanggal 1 September 2021, hari Rabu jam 09.30. Kami sampai di sana ontime, dan suasananya sepi. Kayaknya kelas-kelas lagi pada berlangsung saat itu. Setelah mengutarakan maksud kedatangan kami pada resepsionis, kami diminta menunggu sekitar lima menit. Setelah itu kami dipandu oleh dua orang guru (yang dipanggil dengan sebutan "Miss") untuk masuk ke sebuah ruangan.
Ruangan yang kami masuki itu sangat luas Bun, di sisi kiri ada rak mainan yang cukup panjang, lalu ada rumah-rumahan, ada matras-matras tebal yang bisa dipakai buat loncat-loncat, ada juga box mandi bola. Dengan mainan sebanyak itu ruangan masih cukup lega karena ya memang luas. Kemudian di dalam ruangan tersebut ada ruangan lagi yang tidak lain adalah kelas yang digunakan untuk belajar.
Awalnya aku kira kelasnya akan kecil, ternyata luas juga loh Bun. Kalau aku tebak, kira-kira ukurannya 4x6 meter persegi. Ruang tamu di rumahku kalah luas hahaha. Di kelas ini lantainya full tertutup karpet berwarna abu-abu muda. Di sudut ruangan ada rak mainan juga. Kemudian ada tiga meja kursi yang disusun membentuk huruf U. Jadi di preparatory class ini memang hanya tiga anak per kelasnya dengan dua guru. Yang paling aku suka adalah ruangannya terang, cahaya matahari masuk melalui jendela kaca besar yang memenuhi salah satu dinding ruangan. Terang tapi nggak panas. Homey pisan lah.
Memasuki kelas, Haya dan aku diminta untuk menyucikan diri memakai hand sanitizer yang sudah disediakan. Kemudian, Haya dipersilakan untuk duduk di kursi yang tentu saja dia tolak karena dia maunya nempel emaknya aja. Akhirnya kami melantai bersama (tapi bukan di Bina Ria wkwkwk). Sebelum mulai kegiatan diawali dengan doa lebih dulu. Doanya gimana lupa aku Bun, pakai Bahasa Inggris karena kelas ini bilingual.
Setelah berdoa, ada warming up gitu nyanyi jinglenya Mighty Roo sambil ngedance. Haya tetap duduk diam walapun emaknya udah nyemangatin sambil ngedance heboh, hiks. Oke-oke nggak apa-apa. Habis pemanasan barulah mulai aktivitas kelas Bun. Di saat ini pun Haya masih belum mau mengikuti kegiatan. Dia malah nunjuk mainan di rak mainan. Akhirnya miss membiarkan Haya memilih dan memainkan mainan di sana. Sambil pengakraban gitu loh ceritanya haha.
Setelah lumayan mau diajak ngomong sama miss, kegiatan yang sebenarnya dimulai. Waktu itu apa ya kegiatannya, duh lupa huhuhu. Seingatku, miss ngajak Haya main Large Movable Alphabet, mengenal huruf dan bunyinya gitu. Setelah itu, main mengelompokkan bola dari ujung ke ujung. Terakhir mewarnai apel pakai apel. HAHA. Bingung nggak tuh? Jadi Haya mewarnai gambar apel pakai buah apel yang dibelah terus ditap ke cat air gitu.
Setelah selesai mewarnai, miss mengajak Haya cuci tangan di wastafel di luar ruangan. Udah akrab deh mereka Bun, I was soooooooooo happy! Habis cuci tangan, kami balik lagi ke kelas, berdoa lalu udah selesai satu jam trial. Bagaimana dengan Haya? Oh tentu saja dia masih mau mainan di pojokan wkwk.
Dengan sedikit bujuk rayu bahwa besok akan sekolah lagi, akhirnya Haya mau diajak pulang. Sebelum pulang, dengan mantab aku bayar tunai pendaftaran sekolah Haya. Bismillah.
Lalu bagaimana hari pertama Haya sekolah? Apakah lancar jaya? Enggaaaak Bun! Kan di awal aku udah bilang kalau aku stress mikirin Haya sekolah huhu. Tungguin ya Bun, ntar aku ceritain di next post soalnya kepanjangan kalau di sini. Yang jelas aku bersyukur banget Haya sekolah di Mighty Roo. Sooo, stay tuned!
P.S. Maafkan ya Bun, ga ada foto-foto pas Haya trial soalnya ada di HP lama yang udah wafat *cry*
Wah, babak stressnya itu yang ditunggu. sensasi nemenin anak di awal sekolah, serasa naik jet coaster kan? Bunda sudah merasakannya dulu
ReplyDeleteSeru sekali Hayaaa !! ku tunggu cerita selanjutnya :D
ReplyDeleteku jadi ingin menajal trial class gini juga. kalo mau tau info trial class kita harus datang ke sekolahnya kah mb?
Wah sayang banget nggak ada fotonya tapi turut berduka atas wafatnya ponsel lamanya, Mom, pantesan Mom Palupi jarang terdengar kabarnya..
ReplyDeleteYosh go go go semangat Mom up lagi pengalaman menyekolahkan putrinya, bikin deg-deg-degan euy kalo udah liat nominal nyekolahin :D
Untuk anak, orang tua memang harus tepat dalam menentukan tempat belajarnya ...
ReplyDeleteHampir rata rata untuk anak usia dini, saat pertama masuk belajar, org tua suka ikut setress
Untuk anaknya, mudah mudahan betah,,, biar ibunya nggak stresss :D
Saya pun merasakan hal sama ketika menyiapkan kebutuhan pendidikan anak. It's normal, karena kita ingin memberikan pendidikan yang terbaik dan ya, semoga hasilnya berbanding lurus dengan perjuangan kita sebagai orang tua dengan pendidikan yang anak-anak dapat
ReplyDeleteLain tempat beda kondisi mbak. Mungkin haya minta sekolah butuh teman kali ya. Hhhhe, loss saja sih mbak mnrtku, meski pandemi sy malah ngebebasin anak main diluar. Bukan Krn sudsh pernh kena Corona, tapi lbh memenuhi kebutuhan anak juga. Krn dia butuh bersosial. Dan aku penasaran menunggu review kelas berikutnya ...
ReplyDeleteSemangat Kak Palupi, semoga Haya betah di sekolahnya. Ya ampun sebagai joms gak boleh terlalu berkhayal dulu wkwkkw
ReplyDeleteWah aku ada di fase sedang mencari sekolah TK untuk anak pertama.
ReplyDeleteIya sih mbak akupun sepakat kalo anak2 perlu interaksi dg teman sebaya. Nah masalahnya pas main dk area rumah kondisi anaknya g pkai masker.
Inilah anakku yg jadinya yg tak perketat buat pakai masker syarat kalo mau main
Haha aku berasa ngakak, i felt u wkk
ReplyDeleteAku tebak ta next post nya?? Haya ngambek ga mo sekolah sedang uang pendaftaran udah lunas. Ato dia susah bangun pagi en de bre en de bre wkwkwk
Duh.. Tadinya mau ikut registrasi, tapi lupa aku belum punya anak ����
ReplyDeleteYang penting anak nyaman di sekolah ya mbak...
ReplyDeleteKarena pasti menyenangkan ketemu banyak temen
Pingin ngenalin sekolah ke anak tapi masih ragu" nih..
ReplyDeleteTapi kayaknya sekolah ini recommended juga ya untuk anak toddler..
dilemanya punya toddler ya mbak, tapi aku masih belum kepikiran sih mau trial class ini hahaha ibunya punya kecemasan soalnya hahaha
ReplyDeleteWah, ada kelas trial nya ya, bagus nih,semacam mengenalkan di awal,sehingga ga ada kecewa kalau bergabung karena memang dari awal dah tahu ya mb
ReplyDeleteJadi sekolahnya ini semacam ada uji coba dan tes kenyamanan si anak juga yaa bund, baru kita orang tua memilih membayar segala adm-nya untuk mau lanjut sekolahnya atau nggak gitu yaa.
ReplyDeleteEhh kelas trial laa yaa, wkwkwk
Kereeen, kalau gini kita sebagai orang tua bisa melihat kemauan si anak tanpa ada paksaan tapi karena memang kemauan mereka sendiri ya bund..